Katanya...
“Di dalam hujan, ada lagu yang hanya
bisa didengar oleh mereka yang rindu”
Sore itu hujan
mulai mengguyur bumi ku. Membawa aroma darah para dewa, yang sangat khas. Yang
membuat dua insan, terbuai dalam sebuah obrolan penuh tawa. Menyenangkan,
gumamku. Kemudian ingatanku kembali pada ingatan waktu kecil, saat itu sangat
menyenangkan bila turun hujan, bisa menari-nari di lapangan bersama guyuran
air. Indah. Senang. Dan dingin.
Hujan, apa kau tahu?
Nyanyianmu sangat
merdu, semerdu suaranya. Dan yang pasti pasukan rinduku kini yang ikut menari.
Agar menyampaikan pesan untuk yang jauh nanti. Yaitu dia, yang sudah dua bulan
ini kuamati. Semoga ia lekas mengerti.
Ah hujan,
bolehkah aku menyamakan dia denganmu? Aku sangat merindukanmu hujan, dan juga
merindukannya, walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, suaranya mampu
mengindahkan duniaku. Awalnya aku tak mengindahkannya, tetapi saat tak sengaja
bertemu dua kali dengannya di tangga, itu sedikit membuatku gugup. Entah, ada
sesuatu yang menggelitik hatiku. Dan aku menyukai itu. Sepertinya aku sudah
lama tak merasakan emosi ini.
Hujan, kau
datang mengguyur bumiku pada bulan November, dan kau tahu? Kurasa dia juga
bagai hujan untukku, dia mengguyurku juga, mengguyurku dengan senyuman dan
nyanyiannya yang indah. Dan apakah kau tahu? Sore itu, saat kau turun, aku
melihatnya, melihatnya dari atas masjid, sedang berlarian menuju masjid untuk
menghindarimu. Dan kau tahu apa yang lebih membuatku senang? Karenamu ia
sedikit basah dan terlihat lebih menawan. Hahaha. Aku mulai gila sepertinya.
Yang pasti aku menyukai kehadiranmu di bulan November ini seperti aku menyukai
kehadirannya di hidupku.
Hari itu
Hujan pertama di
bulan November
Dan bagiku...
Dia adalah
hujanku sore itu.
P.S : Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway November Rain presented by “Keina Tralala"
0 comments:
Posting Komentar