Senin, 08 Januari 2018

, ,

Menantang Diri Sendiri

Bismillah postingan pertama di 2018.
Tahun 2018, saya bingung mau melakukan apa. Selain ada hobi yang sedang saya tekuni, rasanya masih kurang kalau untuk dilalui biasa-biasa saja. Serakah? Silahkan saja menyebut saya begitu. Karena saya rasa, mumpung saya sedang semangat-semangatnya dan belum memikirkan skripsi. Saya ingin tantangan baru. Menantang diri sendiri. Maka setelah melihat postingan teman sd saya Fira di instagram tentang event  30haribercerita, saya jadi ingin ikutan. Awalnya saya memang ragu, apakah saya mampu untuk rutin posting bercerita apapun setiap harinya selama 30 hari? Tapi akhirnya saya ingin. Saya ingin menantang diri saya untuk mencoba hal baru yang belum pernah saya lakukan.

30 hari rutin bercerita membuat saya selalu kepikiran tentang apa yang akan saya ceritakan. Tema apa nantinya yang akan muncul tiba-tiba menjadi misi. Dan saya jadi selalu menunggu-nunggu untuk menuju hari berikutnya. Lalu ketika saya sendiri, di dalam bus, dimalam hari menjelang tidur atau bahkan di kamar mandi. Saya akan memutar otak saya untuk memikirkan apa yang akan saya tulis. Karena di tiga waktu itulah biasanya ide saya muncul tiba-tiba. Kecuali kalau ada kejadian spontan, maka saya akan memposting hal tersebut. Saya, jadi terlalu antusias.

Sekarang sudah berlangsung delapan hari. Dan selama ini saya masih lancar-lancar saja. Karena sebelum mempostingnya saya akan menuliskan terlebih dahulu di memo hp. Mengikuti event ini menyadarkan saya bahwa sudah seharusnya manusia itu untuk terus belajar. Belajar sesuai keinginannya. Mencoba hal-hal baru. Dan melihat sejauh apakah batasan diri kita. Dengan event inipun saya jadi berani menuliskan caption yang lebih panjang dari biasanya. Bisa membuat caption lebih dari dua paragraf itu pencapaian bagi saya. Semoga bisa betah dan genap 30 hari.

Sepertinya saya terlalu menggebu-gebu. Hingga melupakan esensi dari 30 hari bercerita ini sebenarnya apa? Saya pikir saya harus selow dan menikmatinya. Tulislah apa saja. Tulislah apa yang dirasa. Jangan terlalu ngoyo. Bisa-bisa tangan saya ditempelin koyo.
Share:

0 comments:

Posting Komentar