Selasa, 31 Desember 2019

Hari Dua Puluh Delapan di Bulan Sepuluh


Akhir-akhir ini saya mulai mempercayai bahwa tidak semua target dapat tercapai dengan tepat waktu. Target itu pasti, ia tak akan menunggu sampai kau benar-benar siap tapi saat benar-benar "inilah waktumu". Layaknya sebuah perjalanan menggunakan kereta, ia tak akan menunggumu jika kau masih terjebak di lampu merah karena kelalaianmu. 

Pagi itu, setelah semua drama perskripsian yang saya lalui dari semangat-susah-sedih-mandeg-semangat-down-semangat-lagi, tiba saatnya saya harus diuji. Berbekal tumpukan buku di daftar pustaka yang ternyata tidak ditanyakan saat ujian, saya memasuki ruangan. Diuji selama kurang lebih satu jam setengah, ternyata rasanya "biasa saja", entahlah, mungkin karena merasa sudah terlambat atau karena sudah tidak lagi dikejar-kejar waktu saya merasa baik-baik saja tanpa adanya rasa tekanan. Terlebih karena mendapatkan dosen penguji yang teramat baik. Mungkin Tuhan memudahkan ujian saya dengan cara membanting saya saat penyusunannya. Yang pasti, perasaan lega itu membuat saya teramat sangat bersyukur. Dan menyadarkan saya bahwa kehidupan nyata itu tidak main-main. 

Kembali ke beberapa saat sebelumnya, selama satu bulan lebih saya membenahi kondisi hati dan pikiran, saat dosen pembimbing memastikan saya tidak bisa wisuda tahun 2019. Perasaan hancur, kecewa, merasa gagal, merasa paling tidak berguna menyerang secara bersamaan, terlebih harus menyatakan langsung kepada Ibuk bahwa "Buk, anakmu gagal wisuda tahun ini". Berat. Berat sekali, entah sudah berapa banyak tangis yang menyertai. Tapi saya tahu semua itu tak bisa membuat saya untuk dapat memutar waktu dan kembali ke masa lalu.

Sadar karena telah jatuh ke jurang terdalam di kenaikan babak kehidupan selanjutnya, membuat saya harus lebih mengenal dengan rasa ikhlas. Mencoba berdamai dengan diri sendiri, mencoba tak terlalu menyalahkan diri sendiri, bahwa sesungguhnya inilah cara Tuhan agar saya dapat mengukur kemampuan dan mengenali diri sendiri. Seberapa mampu saya untuk menghadapi suatu hal, dan seberapa mampunya saya untuk membuat rencana selanjutnya.

Dan sekarang dengan belajar menerima, kenyataannya bisa dilakukan dan baik-baik saja. Karena toh mau bagaimana lagi? Sudah kepalang basah, sekalian saja beradaptasi. Kemudian yang harus dihadapi selanjutnya adalah hal yang mungkin saja akan lebih besar dan lebih sulit lagi dan semoga seberat apapun itu saya bisa untuk mempercayai diri sendiri bahwa ya kamu bisa Al!

Mungkin pada akhirnya inilah yang bisa disebut dengan "dituntut menjadi dewasa".

NB:
Selamat Tahun Baru 2020!✨
Semoga kebahagiaan selalu menyertai~
Share:

0 comments:

Posting Komentar