Minggu, 29 November 2015

Dia Adalah Hujanku Sore Itu



Katanya...
            “Di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yang rindu”
Sore itu hujan mulai mengguyur bumi ku. Membawa aroma darah para dewa, yang sangat khas. Yang membuat dua insan, terbuai dalam sebuah obrolan penuh tawa. Menyenangkan, gumamku. Kemudian ingatanku kembali pada ingatan waktu kecil, saat itu sangat menyenangkan bila turun hujan, bisa menari-nari di lapangan bersama guyuran air. Indah. Senang. Dan dingin.

Hujan, apa kau tahu?
Nyanyianmu sangat merdu, semerdu suaranya. Dan yang pasti pasukan rinduku kini yang ikut menari. Agar menyampaikan pesan untuk yang jauh nanti. Yaitu dia, yang sudah dua bulan ini kuamati. Semoga ia lekas mengerti.

Ah hujan, bolehkah aku menyamakan dia denganmu? Aku sangat merindukanmu hujan, dan juga merindukannya, walaupun belum pernah bertemu sebelumnya, suaranya mampu mengindahkan duniaku. Awalnya aku tak mengindahkannya, tetapi saat tak sengaja bertemu dua kali dengannya di tangga, itu sedikit membuatku gugup. Entah, ada sesuatu yang menggelitik hatiku. Dan aku menyukai itu. Sepertinya aku sudah lama tak merasakan emosi ini.

Hujan, kau datang mengguyur bumiku pada bulan November, dan kau tahu? Kurasa dia juga bagai hujan untukku, dia mengguyurku juga, mengguyurku dengan senyuman dan nyanyiannya yang indah. Dan apakah kau tahu? Sore itu, saat kau turun, aku melihatnya, melihatnya dari atas masjid, sedang berlarian menuju masjid untuk menghindarimu. Dan kau tahu apa yang lebih membuatku senang? Karenamu ia sedikit basah dan terlihat lebih menawan. Hahaha. Aku mulai gila sepertinya. Yang pasti aku menyukai kehadiranmu di bulan November ini seperti aku menyukai kehadirannya di hidupku.

Hari itu
Hujan pertama di bulan November
Dan bagiku...
Dia adalah hujanku sore itu.


P.S : Tulisan ini diikutsertakan dalam  Giveaway November Rain presented by “Keina Tralala"
https://keinatralala.wordpress.com/2015/11/06/keina-tralala-second-birthday-giveaway/
Share:

0 comments:

Posting Komentar