Senin, 16 Juli 2018

, , ,

Chinese Movie That I Watch This 2018 (Part 1)


Akhirnya, saya mau bahas film-film lagi ah. Setelah lama tidak membahas film, kali ini saya mau bahas film Cina. Entah kenapa mereka selalu jago kalau bikin film coming-of-age dan cinta-pertama-yang-kandas. Hahaha. Dan semua orang pasti suka, eh mungkin saya saja kali ya yang suka. Wkwkwk. Eh, tapi ya nggak semuanya juga film yang saya tonton begitu semua. Ada yang happy ending kok. Yaudahlah. Jadi baiklah saya mulai bahasnya. Yuuuuks.

Secret Fuit (2017)
“Akhir dari sebuah rahasia adalah permulaan yang baru.”


Cast: Arthur ChenNa-na OuyangHao Ou etc.
Genre: coming-of-age, romance
Director: Yi-chi Lien

Awalnya asal download aja sih, karena lagi kangen sama movie china, terus posternya juga unyu, fresh banget. Waktu saya nonton 15 menit awal, kok saya merasa film ini ada hubungannya sama The Left Ear ya. Dan setelah saya cek, ternyata benar. Bisa dibilang Secret Fruit ini adalah Spin Off dari The Left Ear (2015), mengingat film ini adalah adaptasi dari novel dengan judul yang sama, dari penulis Rao Xueman. Walaupun tidak ada pernyataan resmi, dengan adanya karakter yang sama dan cerita serta cuplikan yang sama, saya yakin iya. Hahaha. Setelah digantung oleh hubungan antara Li Er dan Zhang Yang, akhirnya penonton diberi jawabannya di film ini. Okesip.


Jadi film ini menceritakan tentang dua anak SMA, Yu Chizi dan Duan Bowen yang telah bersahabat sejak kecil. Ibu Bowen telah meninggal dan Ia tinggal dengan ayah dan ibu tirinya. Karena sering tidak diurus oleh keluarganya, Bowen sering sekali berkunjung di rumah Chizi. Kemudian Bowen jatuh hati kepada ibu gurunya yang bernama Li Er (Little Ear). Hal itu membuat hubungan Bowen dengan Chizi berubah. Terlebih setelah mereka mengetahui sebuah rahasia dari orang tua mereka. Mereka benar-benar terpisah dan menjalani jalannya masing-masing. Jadi apakah rahasianya itu? Dan bagaimanakah ending dari kisah mereka? Temukan jawabannya di filmnya ya. Saya nggak mau spoiler. Hehe.


Pada dasarnya film ini dipenuhi dengan rahasia-rahasia yang terungkap. Walaupun ceritanya tidak serumit The Left Ear, tapi mampu membuat penontonnya dicampur aduk perasaannya. Dan membuat saya ketar-ketir menanti endingnya. Oh iya, pemeran ceweknya menurut saya sekilas mirip Baifern Pimchanok (Crazy Little Thing Called Love). Hehe.

77 Heartbreaks (2017)
“Memaafkan seorang sebanyak tujuh kali terlalu sedikit, sedangkan 70 x 7 terlalu banyak, maka maafkanlah sebanyak 77 kali”


Cast: Pakho Chau, Charlene Choi, Michelle Wai, etc
Genre: Drama, Romance
Director: Herman Yau

Saya mah memang lemah banget sama actor-aktor China/Taiwanese ini. Nggak ngerti lagi, mereka ini gantengnya membekas. Dan Pakho Chau ini ganteng. Ingat yaa Ganteng, jadi nggak cuma cakep aja. Artinya kalau ganteng itu sudah pasti cakep, tapi kalau cakep belum tentu ganteng. Hahaha. Apaan sih! Skip!


Film ini menceritakan tentang hubungan sepasang kekasih; Eva (Charlene Choi) dan Adam (Pakho Chau) yang sudah terjalin selama 10 tahun. Tiba-tiba saja Eva meminta putus dengan Adam. Karena tanpa Adam ketahui, ternyata Eva selalu menulis sebuah jurnal yang berisikan kesalahan-kesalahan Adam. Dari kesalahan yang sepele sampai yang paling fatal sekalipun. Tetapi, masalahnya adalah Adam selalu menganggapnya sebagai kesalahan yang sepele.


Kemudian setelah berpisah, akhirnya Adam menemukan jurnal milik Eva yang berjudul “77 Heratbreaks” yang memiliki arti “Memaafkan seorang sebanyak tujuh kali terlalu sedikit, sedangkan 70 x 7 terlalu banyak, maka maafkanlah sebanyak 77 kali”. Selama Adam membacanya, kita akan dibawa flashback pada saat mereka berpacaran, bagaimana perilaku Adam sebenarnya, dan bagaimana latar belakang kedua orangtua mereka yang cukup berbeda.

Menurut saya, ide cerita dari film ini cukup menarik. Mengambil tema tentang memaafkan, yang tentu saja tidak semua orang mudah untuk memaafkan. Apalagi memaafkan kesalahan dari pasangan yang sering sekali terjadi. Dan tentu saja jangan terlena dangan ending dari sebuah film sebelum sampai pada detik terakhir, karena biasanya di detik-detik akhir ini yang paling krusial dan tak terduga. Ohya yang pasti menontonnya jangan baper ya. Hehe.

Crying Out in Love (2016)
“Aku akan tetap disini. Denganmu selamanya.”


Cast: Hao OuHuiwen ZhangXin Deng, etc.
Genre: Romance
Director: Kwak Jae-yong

Diadaptasi dari novel berjudul Socrates in Love karya Kyoichi Katayama. Film ini menceritakan tentang perasaan cinta anak muda. Diawali dengan Xia Ye dewasa yang menerima kiriman paket berupa kaset-kaset dan Walkman. Setelah ditelusuri ternyata paket tersebut dikirim lewat pos masa depan. Karena penasaran, maka Xia Ye dewasa mendatangi alamat pos tersebut. Dan mengetahui bahwa kaset tersebut menceritakan tentang Xia Ye remaja dan Ke Da. Disisi lain Ke Da dewasa juga sedang mendengarkan kaset-kaset tersebut.


Kemudian kita akan dibawa ke pada masa dimana saat SMA dulu Xia Ye adalah seorang perenang. Dan Ke Da jatuh hati padanya. Kisah mereka diceritakan dengan begitu manis. Karena Ke Da pintar membuat tulisan, suatu ketika Ke Da mengirimkan ceritanya di sebuah radio. Kemudian cerita tersebut dibacakan, sebagai hadiahnya ia mendapatkan Walkman. Dan akhirnya Walkman inilah yang ia berikan kepada Xia Ye. Kehidupan Xia Ye juga tidak bahagia seutuhnya, karena masalah keluarganya Xia Ye selalu merindukan ayahnya. Ke Da pun menemani Xia Ye untuk menemukan ayahnya, dan Xia Ye harus menerima kenyataan pahit tentang ayahnya. Tidak berhenti disitu, kejadian pun menimpa Xia Ye, hal inilah yang membuat Ke Da merasa terpukul, dan berjanji untuk selalu berada disisi Xia Ye. Disini penonton benar-benar diberi kenyataan untuk kisah Xia Ye dan Ke Da.


Jujur, dilihat dari judulnya saja kita akan mengetahui mau dibawa kemana ending cerita film ini. Crying. Ya, dan saya banjir dengan film ini. Oh ya, menonton film ini juga harus deperhatikan dengan teliti jangan sampai gagal fokus. Karena ada bagian bagian yang membuat bingung, dan ditampilkan secara acak. Tapi overall semua akan jelas pada akhirnya. Bagaimana kisah Xia Ye dan Ke Da selanjutnya. Recommend banget sih, untuk yang suka film-film sendu dan bikin banjir. Film ini juga mengajarkan kita untuk “Selama kita masih bersama seseorang, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Karena kita tidak tahu kapan akan berpisah.”

Duckweed (2017)
“Mereka bilang sebelum meninggal, seluruh hidupmu sekilas melintas di depanmu.”


Cast: Deng Chao, Eddie Peng, Zhao Liying, Dong Zijian, etc.
Genre: Comedy, Drama, Fantasy, Time Travel
Director: Han Han

Pada awalnya kita akan disuguhkan dengan Xu Tailang (Deng Chao) yang memenangkan 2022 China Rally Championship. Hal ini ia persembahkan untuk ayahnya Xu Zhengtai (Eddie Peng) yang sejak dulu menentang hobinya itu. Dan karena didikan Ayahnya dulu, ia sangat membenci ayahnya. Selain itu, Tailang juga sangat merindukan sosok ibu, yang sudah meninggal dunia saat Tailang kecil. Kemudian Tailang mengajak ayahnya itu untuk mengendarai mobil balapnya tersebut dengan kencang. Terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan Tailang tak sadarkan diri.


Berikutnya Tailang tersadar dan telah terlempar ke tahun 1998, sebelum ia lahir. Disana ia bertemu dengan Xu Zhengtai muda (ayahnya) dan bergabung dengan gengnya. Berbagai kejadian mengantarkan Tailang untuk memahami jalan pikiran ayahnya yang sebenarnya. Bagaimana ia mencintai istrinya, dan bagaimana ia sangat melindungi sahabat-sahabatnya. Dan akhirnya Tailang juga bisa bertemu dengan ibunya.

Bisa bayangin nggak sih, mereka mau nonton bareng.
Tapi boncengannya begini. Haha.
Menonton film ini itu campur aduk, ada lucunya, ada manisnya, dan ada harunya juga. Karena ada Eddie Peng saya jadi tertarik untuk menontonnya dan suka. Disini dia somplak banget, mukanya itu lho komedi sekali. Selain itu persahabatan antara Zhengtai dan gengnya juga sangat kompak dan keren. Apik sih bagaimana Han Han mengemas film ini dengan tema persahabatan, keluarga dan ketulusan. Lucunya lagi, waktu Tailang berusaha untuk mencari ibunya dan bertekad untuk memisahkan Zhengtai dengan pacarnya, karena pacar Zhengtai memiliki nama yang berbeda dengan ibunya. Nggak tahunya ternyata pacarnya Zhengtai ganti nama, dan dia memang ibunya Tailang. Sumpah lucu. Kemudian waktu acara pernikahan Zhengtai, justru Tailang yang lebih emosional, dan epicnya lagi waktu istrinya Zhengtai hamil, yang berarti ibunya Tailang, malah Tailang yang elus-elus perutnya. Hahaha. Ah, ternyata saya terlalu spoiler ya.

Saya nggak paham juga, tapi ternyata directornya ini, Han Han dulunya itu seorang rally driver. Selain itu dia juga seorang blogger, author, dan entrepreneur juga. Debut film pertamanya itu tahun 2014, The Continent. Yang main itu Chen Bolin. Udah nemu film ini sih, Cuma masih ragu mau downloadnya. Ah, tahu gitu kemarin saya download sekalian. Haha.
Recommend banget deh pokoknya Duckweed.

Fleet of Time (2014)
“Do you still remember her? Did you ever make a promise? Do you kept your words? Have you ever tried? Do you have any regret?


Cast: Eddie Peng, Ni Ni, Zheng Kai, Vision Wei, Zhang Zixuan, etc.
Genre: coming-of-age, romance
Director: Zhang Yibai

Diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, karangan Jiu Yehui. Fleet of Time menjadi film yang wajib ditonton oleh pecinta film China. Seperti tipe-tipe film romantis-tragis nya China, film ini memiliki tempat tersendiri di hati para penonton. Film garapan Zhang Yibai ini menyajikan kisah masa muda yang sangat manis.

Dimulai dari pesta minum di suatu club, Seven seorang fotografer bertemu seorang pria yang mengaku bahwa ia pernah merelakan 13 poin pada ujian masuk perguruan tinggi demi seorang wanita. Dia bernama Chen Xun (Eddie Peng). Ternyata Seven ini nantinya menjadi fotografer yang disuruh membuat video pernikahan dari sahabat Chen Xun, yaitu Zhao Ye. Karena Seven tertarik dengan cerita “Cinta Pertama” maka ia mewawancarai mereka berdua tenang cinta pertama. Hal inilah yang membuat mereka kembali mengingat kenangan masa lalu mereka.


Berlatarkan pada tahun 90an ada seorang gadis yang baru saja pindah ke sekolah yang dipenuhi dengan bunga lilac. Dia bernama Fang Hui (Ni Ni) yang sangat pendiam. Hal inilah yang membuat Chen Xun tertarik dengannya. Namun akhirnya Fang Hui pun perlahan berubah dan mulai bergabung dengan persahabatan antara Chen Xun, Qiao Ran, Zhao Ye, dan Lin Jiamo. Masa SMA terlewati dengan canda tawa dan manis sekali. Sampai akhirnya mereka masuk ke perguruan tinggi. Chen Xun dan Fang Hui memang masuk ke perguruan tinggi yang sama, tetapi berbeda jurusan. Dari sinilah awal masalah mereka. Chen Xun yang ternyata menyukai musik bertemu dengan Shen Xiotang yang memiliki mimpi dan bakat yang sama. Tak berhenti disitu, ada kejadian lain juga yang tambah membuat Chen Xun dan Fang Hui semakin menjauh, bahkan dengan sahabat-sahabatnya itu. Dan diakhir film, akan terungkap siapa sebenarnya Seven dan maksud dari tujuannya.


Dengan ending semacam You Are The Apple of My Eye, film ini sukses membuat saya gregetan. Ngeselin banget. Tapi kisah yang mereka lalui sungguh sangat tragis, sangat mengena dan membuat saya tidak habis pikir. Sangat disayangkan dengan apa yang di lakukan oleh Fang Hui. Tapi inilah letak tragisnya, apa yang terjadi bias saja menjadi pelajaran. Selain kisah Chen Xun-Fang Hui, film ini juga menyuguhkan tentang cinta bertepuk sebelah tangan Zhao Ye, serta Lin Jiamo. Serta perasaan tulus dari Qiao Ran kepada Fang Hui. Overall saya suka masa remaja mereka, tapi ikut terbawa sakit dengan kisah Chen Xun. Entah, mau menyalahkan Chen Xun atau Fang Hui, yang pasti semua yang terjadi memang terjadi begitu saja. Tanpa pikir panjang, karena itu masa muda. Jadi yang bisa dipetik adalah, “Pikirkanlah matang-matang mana prioritasmu di masa muda.”

Forever Young (2015)
“Everything I do, I do it for you.”


Cast: Li Yifeng, Zhang Huiwen, etc.
Genre: coming-of-age, romance, dream
Director: He Jiong

Mengisahkan tentang persahabatan para mahasiswa selama 4 tahun di universitas. Yan Xi telah tinggal dengan ketiga sahabatnya di asrama sejak awal mereka masuk. Mereka memiliki mimpi yang sama yaitu untuk pergi ke Paris dengan baletnya. Yan Xi memiliki pacar yang bernama Xu Nuo, Xu Nuo memiliki band yang sedang mempersiapkan untuk bersaing agar mendapatkan kontrak dengan label rekaman. Tapi kenyataan berubah, ternyata Yan Xi tidak diterima dalam program ke Paris. Ia masih saja mau berjuang, tetapi para sahabatnya sudah menyerah dan tidak memiliki ambisi yang besar untuk ke Paris. Singkat cerita mereka terlibat pertengkaran, dan tiba-tiba saja ketiga sahabatnya mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Inilah yang membuat Yan Xi terpukul. Tetapi acara Dream Night Graduation Party sudah ada di depan mata. Dengan ambisinya itu, Yan Xi tetap saja memaksakan diri berlatih balet untuk acara perpisahan tersebut. Kemudian Yan Xi mengalami cidera yang cukup parah, yang mengharuskan Yan Xi untuk istirahat selama beberapa bulan.


Atas nama persahabatan, akhirnya Xo Nuo berniat untuk membantu Yan Xi. Ia memutuskan untuk menggantikan Yan Xi dan teman-temannya menari balet. Bersama dengan teman satu bandnya, Xu Nou berlatih balet mati-matian. Tentu saja latihan balet mereka tidak berjalan mulus, belum lagi masalah impian mereka yang ingin tampil band agar bisa mendapatkan kontrak dengan label rekaman masih sangat besar. Serta Xu Nou yang dilirik oleh band lain untuk direkrut menjadi vokalis pun menjadi menambah masalah. Berbagai macam kesalahpahaman dan beda pendapat terjadi. Apakah yang akan diputuskan oleh Xu Nou? Dan bagaimanakah nasib band mereka? Tonton saja ya.


Temanya asik. Tentang masa muda, impian dan persahabatan. Dimana semua menjadi satu yang tentu saja menjadi permasalahan yang wajar bagi anak muda. Impian, seberapa besar impian kta tentu saja membutuhkan dukungan besar dari orang terdekat untuk mwujudkannya. Saya suka dengan judulnya “Forever Young” dan pemainnya juga segar-segar. Apalagi Xu Nou ini orangnya pacar-able banget. Baik, setia dan mau berkorban. Setia dengan pacar dan sahabat-sahabatnya. Sayangnnya mereka meragukan kesetiaan Xu Nou. Duhh. Oh iya, lagu-lagunya yang dibawakan oleh Xu Nou juga bagus-bagus. Di film ini juga banyak adegan lucunya, apalagi adegan waktu Xu Nou dan teman-temannya encok karena latihan balet. Asli bikin ngakak. Hahaha. Dan di endingnya si sutradara muncul, ternyata He Jiong ini host sekaligus actor. Pantesan kaya nggak asing. Hehehe.

Bonus nih, tiba-tiba muncul Nickhun jadi tukang foto. Hahaha.

So Young (2013)
“Hidupku ini seperti bangunan yang cuma bisa dibangun 1 kali. Tidak boleh ada kesalahan 1cm pun.”


Cast: Yang Zishan, Mark Chao, Jiang Shuying, Han Geng, Kai Zheng, etc.
Genre: coming-of-age, drama, romance
Director: Zhao Wei

Sebenarnya saya menonton So Young 2: Never Gone terlebih dahulu yang dimainkan oleh Kris ex-member EXO itu, baru kemudian penasaran dengan So Young yang pertama, Kemudian mencari filmnya dan saya tonton. Hehe. Ternyata film ini berdasarkan dari best-selling novel berjudul To Our Youth that is Fading Away karya Xin Yiwu. Film ini juga menjadi debut awal Zhao Wei sebagai sutradara. Dan menjadi film sukses di China sana saat penayangannya.

Mengisahkan tentang Zheng Wei (Yang Zishan) yang baru saja masuk perguruan tinggi. Ia masuk ke perguruan tinggi tersebut untuk mengikuti Lin Jing (Han Geng) pujaan masa kecilnya. Tetapi tiba-tiba saja Lin Jing menghilang. Zheng Wei kemudian ditempatkan di sebuah kamar asrama dengan tiga orang lainnya, yaitu Ruan Guan, Zhu Xiaobei dan Li Weijuan. Zheng Wei sendiri awalnya tidak begitu suka dengan Ruan Guan karena ia adalah primadona di kampus. Semua teman-temannya ini juga memiliki kisahnya masing-masing.


Sebelum mengenal mereka, Zheng Wei juga sudah berkenalan dengan dua orang kakak tingkatnya di jurusan arsitekur. Selain itu Zheng Wei juga bertemu dengan Chen Xiaozheng yang memberikan kesan menyebalkan. Karena Zheng Wei tidak sengaja merusak miniature model bangunan milik Chen Xiozheng. Tidak terima disalahkan, Zheng Wei terus saja mengganggu Chen Xiaozheng setiap kali mereka bertemu. Dengan seringnya pertemuan tersebut, Zheng Wei akhirnya menyukai Chen Xiaozheng. Dengan berbagai cara, ia mencoba untuk mendapatkan hati Chen Xiaozheng, dan selalu mengikutinya kemanapun. Akhirnya merekapun berpacaran, selama berpacaran Zheng Wei benar-benar tulus mencintai Chen Xiaozheng tanpa memandang status dia yang berasal dari keluarga miskin. Kisah mereka sangat manis dan sederhana, tetapi film ini tidak berakhir disini. Setelah lama berpacaran dan menjadi perbincangan, suatu hal pun datang menguji mereka. Dengan ambisi Chen Xiaozheng, ia lebih memilih untuk meninggalkan Zheng Wei. 


Tiga tahun pun berlalu, kini mereka telah dewasa dan masuk dunia kerja. Tiba-tiba semua kembali seolah ingin menuntut yang seharusnya. Dengan kembalinya Lin Jing, ia menceritakan suatu tragedy yang membuatnya harus menjauhi Zheng Wei, serta alasan Chen Xiaozheng meninggalkan Zheng Wei. Selain kisah sang tokoh utama, semua tokoh disini juga memiliki kisah yang tragis juga, dari mulai Ruan Guan yang dikhianati kekasihnya dan berakhir tragis, Li Weijuan yang berjuang dari desa, serta Zhu Xiaobei yang harus membantu kakaknya di warung makan untuk membiayai dia sekolah. Serta kisah dari tokoh pelengkap yang juga membuat miris.


Film ini sungguh benar-benar menceritakan masa muda yang masih penuh semangat, dengan kisahnya masing-masing. So Young sepertinya memberikan kesan bahwa dengan masalah-masalah yang mereka hadapi, mereka masih sangat muda untuk menyelesaikannya. Yang akhirnya bisa menyulitkan jalannya sendiri kalau-kalau salah mengambil langkah. Zhao Wei sebagai sutradara mampu untuk membuat penonton ikut terbawa dengan emosi yang dimainkan oleh pemainnya. Tipikal film romantis tragis khas China. Bagus. Walaupun endingnya yang sedikit memaksa. Ya, bisa diterimalah. 
***
Sekian ya bahasan tentang Chinese Movie nya, ini baru part 1. Mungkin nanti bakalan ada part-part selanjutnya. Tunggu saja! Dan jika diperhatikan, hampir semua film yang saya tonton memang tipenya romantis-tragis ya. Hahaha. Kisah cinta pertama jaman SMA yang endingnya tak bersama. Parahh!!! 

Fyi aja nih ya, saya itu kalau film romance lebih prefer ke romance Chinese atau Taiwanese. Tapi kalau soal drama tetap drama korea tak tergantikan. Belum nyoba drama Taiwan juga sih. Haha. Dan untuk Jepang, saya lebih suka anime movienya. Terus kalau Korea di film-film crime, thriller, mistery, romancenya lah beberapa. Intinya mah emang doyan nonton. Haha. Saya baru menyadari ternyata saya lebih menyukai film-film berlatarkan tahun 60-90an. Rasa-rasanya di jaman itu semua masih serba sederhana, dan lebih terkesan manis dari pada jaman sekarang. Hmmm.

Share:

0 comments:

Posting Komentar